Rabu, 18 Juli 2018 - 03.35
Dulu, aku sudah mulai menghitung hari sejak 31 hari sebelum bulan Juli. Membayangkan hadiah apa yang akan aku minta dari Mama dan Papa, temen yang mana yang mau aku undang? Nenek bikinin baju warna apa ya, kemarin kan udah pink, buat besok apa ya?
Ah, kata orang, saat kita besar nanti, akan banyak sekali hal yang berubah. Salah satunya tentang perayaan bertambahnya umur. Ketika kita kecil, mungkin ulang tahun akan jadi salah satu hal yang kita tunggu-tunggu selain hari lebaran. Namun, saat kita dewasa, hal ini justru akan menjadi suatu tolak ukur untuk diri kita sendiri.
Di yang ke dua puluh dua ini, aku mulai menemukan banyak hal dalam hidupku.
Teman-teman yang pernah menerima dan aku terima apa adanya, melakukan hal gila bersama, namun akhirnya hanya menjadi orang asing seperti tidak pernah saling mengenal. Bahkan dengan tega membicarakan hal buruk tentangku dengan teman-teman barunya.
Orang-orang yang tidak mencintaiku sama besarnya dengan rasa cintaku kepada mereka.
Disanjung, dipuji, dicari, dihargai namun akhirnya direndahkan, diabaikan, dan disepelekan.
Di yang ke dua puluh dua ini, doaku masih sama seperti sebelumnya. Tapi pintaku pada Tuhan tentang kamu kali ini lebih banyak.
Aku mau menjadi orang pertama yang selalu ada di saat kamu sedih dan senang.
Melihat kamu tersenyum dan tertawa sampai matamu hilang
Menjadi sandaran saat kamu sedih.
Menjadi tempat luapan kemarahanmu saat kamu kesal dan kecewa.
Menjadi penenang disaat kamu lelah dan gelisah.
Menjadi pendukung terdepan disaat kamu berjuang dalam segala hal.
Membawakanmu sarapan apapun yang tidak manis, saat kamu buru-buru.
Memelukmu dari belakang dan diam-diam mencuri satu dua cium dari pundakmu untuk teman tidur.
Mengganggumu saat menyetir dengan bersandar di dada atau pahamu.
Aku mau kamu yang selalu ada disaat aku senang untuk berbagi.
Membelikan makanan apapun yang akan membuatmu tersenyum bahagia karena kekenyangan.
Kamu selalu bahagia bukan kalau ketemu makanan enak?
Selalu datang memeluk disaat aku sedih.
Mungkin membawaku pergi untuk setangkai es krim?
Bukan kamu yang nggak mau peduli kalau aku sedih tapi nggak bilang.
Bukan kamu yang pergi tidur waktu tau aku nangis.
Bukan kamu yang pura-pura nggak tau waktu aku terbaring di rumah sakit.
Aku mau kamu yang tertawa saat aku bikin kesalahan kecil dan mengingatkanku,
bukan memandangku dengan tatapan benci.
Aku mau kamu yang ada di belakangku bersama Mama dan Papa, ketika aku berhasil mencapai semua yang aku inginkan dan membuat bangga.
Aku mau kamu ada, bersama sepotong kue, dan mungkin beberapa tangkai bunga, berdua saja, mengaminkan semua permintaanku---- khususnya tentang kamu, kemudian meniup lilin bersama di hari yang ke dua puluh dua ini.
Aku mau kamu selalu ada.
Dulu, aku sudah mulai menghitung hari sejak 31 hari sebelum bulan Juli. Membayangkan hadiah apa yang akan aku minta dari Mama dan Papa, temen yang mana yang mau aku undang? Nenek bikinin baju warna apa ya, kemarin kan udah pink, buat besok apa ya?
Ah, kata orang, saat kita besar nanti, akan banyak sekali hal yang berubah. Salah satunya tentang perayaan bertambahnya umur. Ketika kita kecil, mungkin ulang tahun akan jadi salah satu hal yang kita tunggu-tunggu selain hari lebaran. Namun, saat kita dewasa, hal ini justru akan menjadi suatu tolak ukur untuk diri kita sendiri.
Di yang ke dua puluh dua ini, aku mulai menemukan banyak hal dalam hidupku.
Teman-teman yang pernah menerima dan aku terima apa adanya, melakukan hal gila bersama, namun akhirnya hanya menjadi orang asing seperti tidak pernah saling mengenal. Bahkan dengan tega membicarakan hal buruk tentangku dengan teman-teman barunya.
Orang-orang yang tidak mencintaiku sama besarnya dengan rasa cintaku kepada mereka.
Disanjung, dipuji, dicari, dihargai namun akhirnya direndahkan, diabaikan, dan disepelekan.
Di yang ke dua puluh dua ini, doaku masih sama seperti sebelumnya. Tapi pintaku pada Tuhan tentang kamu kali ini lebih banyak.
Aku mau menjadi orang pertama yang selalu ada di saat kamu sedih dan senang.
Melihat kamu tersenyum dan tertawa sampai matamu hilang
Menjadi sandaran saat kamu sedih.
Menjadi tempat luapan kemarahanmu saat kamu kesal dan kecewa.
Menjadi penenang disaat kamu lelah dan gelisah.
Menjadi pendukung terdepan disaat kamu berjuang dalam segala hal.
Membawakanmu sarapan apapun yang tidak manis, saat kamu buru-buru.
Memelukmu dari belakang dan diam-diam mencuri satu dua cium dari pundakmu untuk teman tidur.
Mengganggumu saat menyetir dengan bersandar di dada atau pahamu.
Aku mau kamu yang selalu ada disaat aku senang untuk berbagi.
Membelikan makanan apapun yang akan membuatmu tersenyum bahagia karena kekenyangan.
Kamu selalu bahagia bukan kalau ketemu makanan enak?
Selalu datang memeluk disaat aku sedih.
Mungkin membawaku pergi untuk setangkai es krim?
Bukan kamu yang nggak mau peduli kalau aku sedih tapi nggak bilang.
Bukan kamu yang pergi tidur waktu tau aku nangis.
Bukan kamu yang pura-pura nggak tau waktu aku terbaring di rumah sakit.
Aku mau kamu yang tertawa saat aku bikin kesalahan kecil dan mengingatkanku,
bukan memandangku dengan tatapan benci.
Aku mau kamu yang ada di belakangku bersama Mama dan Papa, ketika aku berhasil mencapai semua yang aku inginkan dan membuat bangga.
Aku mau kamu ada, bersama sepotong kue, dan mungkin beberapa tangkai bunga, berdua saja, mengaminkan semua permintaanku---- khususnya tentang kamu, kemudian meniup lilin bersama di hari yang ke dua puluh dua ini.
Aku mau kamu selalu ada.